Posted by : Muhammad Rachman Afandi Esa
Sunday, 5 June 2016
Pedagang Sembako |
Komoditas lain seperti beras, gula, minyak goreng, daging ayam, dan telur ayam juga merangkak naik. Meskipun belum terlalu tinggi. Diantara komoditas tersebut yang kenaikannya paling tinggi dalam adalah telur ayam. Pada pertengahan Mei, harga telur ayam secara nasional itu dikisaran Rp 22.420 per kilogram. Sedangkan harga kemarin mencapai Rp 24.092. Ada kenaikan sampai Rp 1.672.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan bahwa harga komoditas yang belum turun itu lantaran permintaan dari masyarakat memang makin tinggi jelang Ramadan. Bila suplai barang tersebut tidak segera diimbangi, harga akan terus naik. ”Harga naik turun itukan karena supply dan demand,” ujar JK di Istana Wakil Presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan, kemarin (3/6).
Pemerintah tentu saja tidak bisa secara langsung menentukan harga. Sebab, naik turunnya harga itu sangat bergantung pada mekanisme pasar. Termasuk misalnya dengan menentukan harga eceran tertinggi untuk komoditas utama. ”Tidak mungkin lagi mengontorl harga,” kata JK.
Di negara lain seperti Malaysia memang ada kontrol harga. Tapi, mereka memberikan subsidi yang cukup besar bagi 30 juta warganya. Kondisi itu tentu berbeda sekali dengan Indonesia yang punya 250 juta penduduk. Untuk menurunkan harga itu, satu-satunya cara adalah dengan memperbanyak stok di pasar. ”Menaikan suplai itu dengan produksi sendiri. Kalau tidak mudah (produksi, red) ya musti impor seperti daging sapi,” jelas dia.
Impor memang akan cukup dilematis pula bagi para peternak dalam negeri. Mereka tentu akan merugi kalau daging impor membanjiri pasar daging. Tapi, pemerintah juga harus memperhatikan para konsumen yang membutuhkan daging dengan harga terjangkau.
JK menyebutkan khusus untuk harga daging sebenarnya bisa saja ditekan hingga Rp 60 ribu perkilogram. Bukan Rp 80 ribu perkilogram seperti keinginan Presiden Joko Widodo. Caranya dengan membanjiri pasar daging dalam negeri dengan impor. Tapi, langkah tersebut tentu tidak dilakukan pemerintah demi memihak pada peternak. ”Di India harga daging itu Rp 50 ribu per kilogram. Kalau ditambah ongkos dan lain-lain sekitar Rp 60 ribu atau Rp 70 ribu,” ujar JK.
Harga daging yang tinggi sebenarnya juga berbahaya juga untuk kelanjutan peternakan di dalam negeri. Para peternak bisa jadi akan gelap mata. Mereka akan menyembelih sapi betina produktif. Bahkan sapi perah pun disembelih. ”Jadi menyenangkan peternak itu ada batasnya. Yaitu sampai dimana dia hanya memotong yang jantan dan jangan berlebihan,” imbuhnya.
Sementara itu, lonjakan harga sembako yang diduga tidak wajar membuat Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri turun tangan. Setelah mensurvey sejumlah lokasi dan dilakukan rapat koordinasi ada sejumlah masalah yang diprediksi menjadi biang keladi kenaikan harga sembako. Diantaranya, terhambatnya transportasi dan ketersediaan pasokan sembako yang tidak mencukupi.
Kabareskrim Irjen Ari Dono Sukmanto menerangkan, transportasi pengiriman sembako memang belum terlalu lancar. Hal itu dikarenakan berbagai sebab dan sekarang sedang dibahas cara mengatasinya. ”Kelancaran pengiriman sembako ini penting dalam penentuan harga, ini menjadi salah satu fokus,’ tuturnya.
Lalu, ketersediaan sembako saat ini juga masih menjadi problem. Dia menuturkan dalam rapat koordinasi itu diketahui masih ada stok sembako yang kurang. ”Ada rencana untuk melakukan impor, namun itu terserah kementerian,” ujarnya.
Selama ini, ada dugaan bahwa sembako banyak ditimbun untuk melonjakkan harga. Karena itu, Bareskrim telah berupaya untuk menurunkan satuan tugas khusus. Tugasnya untuk mendeteksi kemungkinan penimbunan itu. ”Kami sudah terjun ke lapangan sejak beberapa minggu yang lalu,” terangnya.
Satgas khusus tersebut akan bekerja dengan menggelar razia sembako dengan lebih intens. Sehingga, bila terjadi penimbunan, bisa dideteksi lebih awal. ”Razia lebih sering itu pasti berdampak,” ujarnya.
Bahkan, tidak hanya Bareskrim, jajaran Polda se-Indonesia juga telah diinstruksikan oleh Kapolri Jenderal Badrodin Haiti untuk turut serta menggelar razia sembako. Tentunya, bila ditemukan adanya kejanggalan, proses hukum akan diterapkan. ”kalau ada pidananya, tentu akan langsung diproses,” paparnya.
Apakah sudah ditemukan adanya penimbunan? Dia menjelaskan bahwa selama ini pihaknya terus mendeteksi adanya penimbunan. Laporan soal penimbunan juga belum muncul. ”Kita berupaya terus,” papar mantan Wakil Kabareskrim tersebut.
Dia mengklaim bahwa turunnya anggota kepolisian untuk mempelajari rantai distribusi sembako ini mulai terasa dampaknya. Salah satunya, di beberapa daerah mulai terasa harga sembako yang turun. ”dari laporan, harga beberapa sembako sudah ada yang bagus kok,” ujarnya.(jpg/kai)