1 Wartawan dan 6 Mahasiswa Ditembak Polisi
AKSI: Mahasiswa yang melakukan aksi menolak kenaikan harga
BBM bentrok dengan aparat kepolisian
TERNATE– Aksi ratusan mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi di Maluku Utara (Malut) menolak kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM), Senin (17/6)
sekitar
pukul 11.00, kemarin berakhir ricuh. Ratusan mahasiswa yang
mengatasnamakan diri solidaritas untuk rakyat itu dihadang aparat
kepolisian gabungan Polda Malut dan Polres Ternate, di perbatasan
kelurahan Fitu dan Ngade, saat hendak bergerak dari kampus kearah pusat
kota Ternate.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 08.30 itu menggunakan satu unit truk,
sepeda motor serta jalan kaki menuju pusat kota. Di perbatasan
Kelurahan Ngade dan Fitu, tepatnya di tikungan tanjakan Ngade, masa aksi
dihadang aparat kepolisian Dalmas Polda Malut dan Polres Ternate yang
berjumlah sekitar 100 personil.
Awalnya, polisi berusaha melakukan negosiasi dengan aksi massa, agar
tidak melanjutkan perjalanan mereka ke pusat Kota Ternate. “Berhubung
saat ini sedang dalam masa kampanye, kami meminta dengan penuh
pengertian agar teman-teman mahasiswa bisa kembali ke kampus dan
melanjutkan aksinya di kampus masing-masing,”kata Wakapolda Kombes Pol
Edward Sjah Pernong kepada para pengunjuk rasa.
Namun, mahasiswa tetap ngotot melanjutkan perjalanan. Polisi pun tetap
ngotot menangkal para mahasiswa untuk melanjutkan perjalanan. Seketika
kericuhan pun mulai pecah. Mahasiswa mulai meleparkan batu dan benda
tumpul lainya kearah barikade polisi. Lemparan itu langsung dibalas
dengan tembakan gas air mata serta lemparan batu oleh polisi.
Saat saling lempar berlangsung, terdengar jelas suara tembakan hingga
beberapa kali. Dua mahasiswa, terjatuh terkena tembakan peluru karet
aparat kepolisian. Tembakan diduga berasal dari sejumlah aparat polisi
yang bersembunyi di balik pepohonan di tepi jalan lokasi tersebut.
Kondisi berubah kacau. Melihat rekan mereke tumbang terkena peluru, para
peserta aksi, kalang kabut berusaha menyelamatkan diri. Namun, tembakan
itu ternyata, tak menyurutkan semangat para peserta aksi untuk kembali
maju. Para korban dievakuasi rekan-rekanya ke rumah sakit Chasan
Boesorie lewat jalan belakang Ngade.
Setelah bentrok tersebut, masa aksi dan petugas mulai tenang. Beberapa
mahasiswa dan polisi juga terlihat ada yang beristirahat. Melihat
kondisi mulai kondusif, dua wartawan media cetak lokal, yang semula
berkumpul bersama polisi, menyeberang kearah mahasiwa, untuk mencari
informasi, terkait korban penembakan. Sialnya, saat menuju kearah
mahasiswa, tiba-tiba ada lemparan batu ke arah polisi.
Aparat yang semula tenang tiba-tiba, langsung mengeluarkan tembakan
membabi buta ke arah mahasiswa. Akibatnya empat mahasiswa dan satu
wartawan tumbang terkena tembakan. Enam korban dari mahasiswa diketahui
bernama, Jamaludin Aba (19) warga Kelurahan Jati, Sain Sangadji (21)
warga Kelurahan Jambula, Sapri Hamdan (19) warga Kelurahan Mangga Dua,
Mirjan Salim (19) warga Kelurahan Sasa, Ahmad Mahasar (23) warga Kota
Tidore, Irwan Buamona (22) warga lingkungan Belakang Benteng. Sementara
wartawan yang ikut menjadi korban, bernama Aroby Kilerey (26), wartawan
liputan hukum dan kriminal di Koran Mata Publik.
Roby terkena tembakan di pinggul kiri. Ia dievakuasi bersama 4 korban
lainya ke rumah sakit, oleh mahasiswa. Sejumlah pejabat utama Polda
Malut tampak berada di lokasi kejadian, polisi menyiagakan mobil water
cannon serta dua ekor anjing pelacak. Setelah kejadian itu, masa aksi
berada di lokasi tersebut hingga pukul 18.00, kemudian membubarkan diri
secara tertib menuju ke kampus masing-masing. Hingga kini, ketujuh
korban penembakan polisi itu masih dirawat di rumah sakit Chasan
Boesoirie.
Kapolda Malut, Brigjen (Pol) Machfud Arifin saat dicegat wartawan usai
menjenguk para korban penembakan mengatakan, pengamanan yang dilakukan
anggotanya sudah sesuai Standard Operation Procedure (SOP).
Menurutnya, anggota polisi yang bertugas pasti mengeluarkan tembakan gas
air mata dan tembakan peringatan serta tembakan peluru karet ke massa
aksi. “Semua sudah sesuai, demi pengamanan dalam situasi seperti
sekarang ini,”katanya singkat.
-----------------------------------------------------------------------------------
Agenda Menteri Padat, Peresmian Pasar Molor
TINJAU: Wali kota saat meninjau Pasar Higienis beberapa waktu lalu
TERNATE – Peresmian Pasar Higienis Bahari Berkesan, molor lagi karena agenda Menteri Perdagangan padat.
Karena itu peresmian yang rencananya digelar akhir bulan ini, ditunda
hingga Juli mendatang. Menurut Kadis Perindustrian dan Perdagangan,
Abdullah Saleh, rencananya peresmian dilakukan sebelum bulan puasa.
“Kita jadwalkan tanggal 7 Juli,”tuturnya.
Terkait relokasi pedagang ke Pasar Higienis Bahari Berkesan, belum
dipastikan kapan dilakukan. “Kita lihat perkembangannya dulu,”tutur
Kadis Pasar Bahrun Syukur. Sementara itu pantauan Malut Post kemarin,
para pekerja sedang menyelesaikan pembangunan parkiran dan taman.
-----------------------------------------------------------------------------------
Demo Sisakan Batu di Jalan Ngade
KOTOR : Batu menghiasi jalan Ngade usai demo penolakan kenaikan harga BBM
TERNATE–Pasca aksi mahasiswa yang berakhir bentrok dengan polisi, menyisakan batu di jalan raya Ngade.
Pantauan Malut Post, selain kerikil ada juga batu berukuran besar
tersebar di jalan sehingga menyulit kendaraan yang melewati lokasi
tersebut. Bukan hanya batu, banyak sampah bertebaran. “Torang lewat me
sengsara,”keluh Darwin, pengendara sepeda motor.
-----------------------------------------------------------------------------------
Pasukan Adat Bentrok dengan Mahasiswa
BERJAGA: Pasukan adat berjaga-jaga di depan Kampus I Unkhair
TERNATE–Aksi unjuk rasa menolak BBM oleh puluhan
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unkhair, bentrok
dengan masa adat dari
Kesultanan Ternate.
Pantauan Malut Post pagi kemarin, aksi diawali pukul 08.00 WIT dari
halaman Kampus I Unkhair Kelurahan Akehuda Kecamatan Ternate utara. Saat
bersamaan, pasukan adat dari Kesultanan Ternate tiba di lokasi. Mereka
bersama polisi melakukan pengamanan. Saat itu, massa melakukan orasi di
depan pagar kampus. Mereka menyuarakan penolakan kenaikan BBM. Setelah
itu, mahasiswa keluar kampus dan melakukan aksi di jalan raya.
Akibatnya, sempat mengganggu arus lalulintas yang akan ke Bandara
Baabullah. Hal ini membuat massa adat mengejar mahasiswa dan memukuli
mereka dengan rotan. Karena kalah jumlah, mahasiswa masuk kedalam
kampus. Meskipun sudah berada di dalam kampus, masa adat masih mengejar.
Kejadian sempat membuat panik calon mahasiswa baru yang sementara
mendaftar. Sebagian dari mereka langsung pulang karena takut. Mahasiswa
tak lagi melakukan demo, sedangkan pasukan adat kembali duduk
berjaga-jaga di depan kampus. “Torang aksi ini juga untuk kepentingan
dorang (massa adat, red) tapi kenapa mereka memukuli kami,”keluh
Muhammad, mahasiswa.
Sementara itu puluhan aparat dari kepolisian tak menghalau massa adat
yang memukuli mahasiswa. Mereka terkesan membiarkan hal tersebut, dan
Ini disesali mahasiswa. “Polisi hanya badiang, tara biking
apa-apa,”keluh salah satu mahasiswa.
Malut Post