Posted by : Muhammad Rachman Afandi Esa Tuesday 18 June 2013

1 Wartawan dan 6 Mahasiswa Ditembak Polisi

AKSI: Mahasiswa yang melakukan aksi menolak kenaikan harga
BBM bentrok dengan aparat kepolisian
TERNATE– Aksi ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Maluku Utara (Malut) menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Senin (17/6) sekitar pukul 11.00, kemarin berakhir ricuh. Ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan diri solidaritas untuk rakyat itu dihadang aparat kepolisian gabungan Polda Malut dan Polres Ternate, di perbatasan kelurahan Fitu dan Ngade, saat hendak bergerak dari kampus kearah pusat kota Ternate.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 08.30 itu menggunakan satu unit truk, sepeda motor serta jalan kaki menuju pusat kota.  Di perbatasan Kelurahan Ngade dan Fitu, tepatnya di tikungan tanjakan Ngade, masa aksi dihadang aparat kepolisian Dalmas Polda Malut dan Polres Ternate yang berjumlah sekitar 100 personil.
Awalnya, polisi berusaha melakukan negosiasi dengan aksi massa, agar tidak melanjutkan perjalanan mereka ke pusat Kota Ternate. “Berhubung saat ini sedang dalam masa kampanye, kami meminta dengan penuh pengertian agar teman-teman mahasiswa bisa kembali ke kampus dan melanjutkan aksinya di kampus masing-masing,”kata Wakapolda Kombes Pol Edward Sjah Pernong kepada para pengunjuk rasa.
Namun, mahasiswa tetap ngotot melanjutkan perjalanan. Polisi pun tetap ngotot menangkal para mahasiswa untuk melanjutkan perjalanan. Seketika kericuhan pun mulai pecah. Mahasiswa mulai meleparkan batu dan benda tumpul lainya kearah barikade polisi.  Lemparan itu langsung dibalas dengan tembakan gas air mata serta lemparan batu oleh polisi.
Saat saling lempar berlangsung, terdengar jelas suara tembakan hingga beberapa kali.  Dua mahasiswa, terjatuh terkena tembakan peluru karet aparat kepolisian. Tembakan diduga berasal dari sejumlah aparat polisi yang bersembunyi di balik pepohonan di tepi jalan lokasi tersebut.  Kondisi berubah kacau. Melihat rekan mereke tumbang terkena peluru, para peserta aksi, kalang kabut berusaha menyelamatkan diri. Namun, tembakan itu ternyata, tak menyurutkan semangat para peserta aksi untuk kembali maju. Para korban dievakuasi rekan-rekanya ke rumah sakit Chasan Boesorie lewat jalan belakang Ngade.
Setelah bentrok tersebut, masa aksi dan petugas mulai tenang. Beberapa mahasiswa dan polisi juga terlihat ada yang beristirahat. Melihat kondisi mulai kondusif, dua wartawan media cetak lokal, yang semula berkumpul bersama polisi, menyeberang kearah mahasiwa, untuk mencari informasi, terkait korban penembakan. Sialnya, saat menuju kearah mahasiswa, tiba-tiba ada lemparan batu ke arah polisi.
Aparat yang semula tenang tiba-tiba, langsung mengeluarkan tembakan membabi buta ke arah mahasiswa. Akibatnya empat mahasiswa dan satu wartawan tumbang terkena tembakan. Enam korban dari mahasiswa diketahui bernama, Jamaludin Aba (19) warga Kelurahan Jati, Sain Sangadji (21) warga Kelurahan Jambula, Sapri Hamdan (19) warga Kelurahan Mangga Dua, Mirjan Salim (19) warga Kelurahan Sasa, Ahmad Mahasar (23) warga Kota Tidore, Irwan Buamona (22) warga lingkungan Belakang Benteng. Sementara wartawan yang ikut menjadi korban, bernama Aroby Kilerey  (26), wartawan liputan hukum dan kriminal di Koran Mata Publik.
Roby terkena tembakan di pinggul kiri. Ia dievakuasi bersama 4 korban lainya ke rumah sakit, oleh mahasiswa.  Sejumlah pejabat utama Polda Malut tampak berada di lokasi kejadian, polisi menyiagakan mobil water cannon serta dua ekor anjing pelacak. Setelah kejadian itu, masa aksi berada di lokasi tersebut hingga pukul 18.00, kemudian membubarkan diri secara tertib menuju ke kampus masing-masing. Hingga kini, ketujuh korban penembakan polisi itu masih dirawat di rumah sakit Chasan Boesoirie.
Kapolda Malut, Brigjen (Pol) Machfud Arifin saat dicegat wartawan usai menjenguk para korban penembakan mengatakan, pengamanan yang dilakukan anggotanya sudah sesuai Standard Operation Procedure (SOP).
Menurutnya, anggota polisi yang bertugas pasti mengeluarkan tembakan gas air mata dan tembakan peringatan serta tembakan peluru karet ke massa aksi.  “Semua sudah sesuai, demi pengamanan dalam situasi seperti sekarang ini,”katanya singkat.

-----------------------------------------------------------------------------------

Agenda Menteri Padat, Peresmian Pasar Molor

TINJAU: Wali kota saat meninjau Pasar Higienis beberapa waktu lalu
TERNATE – Peresmian Pasar Higienis Bahari Berkesan, molor lagi karena agenda Menteri Perdagangan padat.
Karena itu peresmian yang rencananya digelar akhir bulan ini, ditunda hingga Juli mendatang. Menurut Kadis Perindustrian dan Perdagangan, Abdullah Saleh, rencananya peresmian dilakukan sebelum bulan puasa. “Kita jadwalkan tanggal 7 Juli,”tuturnya.
Terkait relokasi pedagang ke Pasar Higienis Bahari Berkesan, belum dipastikan kapan dilakukan. “Kita lihat perkembangannya dulu,”tutur Kadis Pasar Bahrun Syukur. Sementara itu pantauan Malut Post kemarin, para pekerja sedang menyelesaikan pembangunan parkiran dan taman.-----------------------------------------------------------------------------------

Demo Sisakan Batu di Jalan Ngade

KOTOR : Batu menghiasi jalan Ngade usai demo penolakan kenaikan harga BBM
TERNATE–Pasca aksi mahasiswa yang berakhir bentrok dengan polisi, menyisakan batu di jalan raya Ngade.
Pantauan Malut Post, selain kerikil ada juga batu berukuran besar tersebar di jalan sehingga menyulit kendaraan yang melewati lokasi tersebut.  Bukan hanya batu, banyak sampah bertebaran. “Torang lewat me sengsara,”keluh Darwin, pengendara sepeda motor.-----------------------------------------------------------------------------------  

Pasukan Adat Bentrok dengan Mahasiswa

BERJAGA: Pasukan adat berjaga-jaga di depan Kampus I Unkhair
TERNATE–Aksi unjuk rasa menolak BBM oleh puluhan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unkhair, bentrok dengan masa adat dari Kesultanan Ternate.
Pantauan Malut Post pagi kemarin, aksi diawali pukul 08.00 WIT dari halaman Kampus I Unkhair Kelurahan Akehuda Kecamatan Ternate utara. Saat bersamaan, pasukan adat dari Kesultanan Ternate tiba di lokasi. Mereka bersama polisi melakukan pengamanan. Saat itu, massa melakukan orasi di depan pagar kampus. Mereka menyuarakan penolakan kenaikan BBM. Setelah itu, mahasiswa  keluar kampus dan melakukan aksi di jalan raya. Akibatnya, sempat mengganggu arus lalulintas yang akan ke Bandara Baabullah. Hal ini membuat massa adat mengejar mahasiswa dan memukuli mereka dengan rotan. Karena kalah jumlah, mahasiswa masuk kedalam kampus. Meskipun sudah berada di dalam kampus, masa adat masih mengejar. Kejadian sempat membuat panik calon mahasiswa baru yang sementara mendaftar. Sebagian dari mereka langsung pulang karena takut. Mahasiswa tak lagi melakukan demo, sedangkan pasukan adat kembali duduk berjaga-jaga di depan kampus. “Torang aksi ini juga untuk kepentingan dorang (massa adat, red) tapi kenapa mereka memukuli kami,”keluh Muhammad, mahasiswa.
Sementara itu puluhan aparat dari kepolisian tak menghalau massa adat yang memukuli mahasiswa. Mereka terkesan membiarkan hal tersebut, dan  Ini disesali mahasiswa. “Polisi hanya badiang, tara biking apa-apa,”keluh salah satu mahasiswa.
Malut Post 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Sosial Media

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Instagram

Popular Post

Powered by Blogger.

Total Pageviews

Sri Sultan Hamengkubuwana IX

Baden Powell

Translate

Waktu Indonesia Timur

- Copyright © My Portal -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -