Posted by : Muhammad Rachman Afandi Esa Saturday 6 February 2016

KAPAL Pesiar saat berlabuh di Pelabuhan A Yani beberapa waktu lalu
Tanggal Maret 2016 Maluku Utara (Malut) hadapi satu momen penting dan besar, yakni Gerhana Matahari Total (GMT). Ini menjadi kesempatan pemerintah mempromosikan potensi daerah kepada wisatawan asing, seperti budaya, tempat wisata, kuliner dan lainnya. Pada konteks itu, pemerintah harus benar-benar siap. Pemerintah sudah boleh berpikir jauh-jauh hari sebelumnya tentang cara efektif mempromosikan potensi daerah kepada wisatawan. Sehingga usai GMT, wisatawan memiliki ketergantungan potensi di daerah ini. Kalau sudah begitu, tanpa ada momen, kapan saja wisatawan akan berkunjung ke Malut. Bukan tidak mungkin, menariknya budaya, lokasi wisata dan kuliner di Malut akan menjadi bahan cerita wisatawan asing saat balik ke negaranya. Yakin saja, wisatawan yang belum berkunjung ke Malut (termasuk dalam momen GMT) akan tertarik untuk berkunjung.
Selain itu, pemerintah juga harus membentuk mental masyarakat dalam menghadapi GMT ini. Masyarakat yang tidak siap hanya sia-sia saja, karena akan menimbulkan kesan negatif wisatawan asing. Sail Morotai tahun 2013 patut menjadi pelajaran berharga. Meroketnya harga makanan siap saji, air mineral dan kebutuhan lainnya, mungkin menjadi dasar kegiatan yang didatangani Presiden SBY itu tidak berdampak pada jangka panjang yang baik. Kembali ke GMT, Pemerintah Kota Ternate harus berkoordinasi dengan penjual Air Guraka dan Pisang Goreng di kawasan tapak agar tidak menaikkan harga saat momen GMT, apalagi untuk wisatawan asing. Kebersihan pantai juga harus diperhatian. Toilet di tempat umum, seperti di Pasar Gamalama, tentu penting untuk dibersihkan. Harga tarif ojek juga harus ditertibkan lebih awal. jangan sampai ada tukang ojek yang sengaja memungut tarif kepada wisatawan asing Rp 100 ribu padahal hanya rute Kelurahan Bastiong-Bela Internasional Hotel.
Sekali lagi, momen GMT jangan menjadi momen untuk mengelola proyek. Pemerintah harus berpikir jangka panjang pisitif untuk daerah ini. Untuk membuat GMT berkualitas, harus menjadi kesadaran kolektif. Semoga pasca GMT, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Malut lebih banyak dari yang lalu-lalu. Tema GMT pada ProPublik kali menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang. Berikut komentar narasumber yang diramu Irman Saleh, wartawan Malut Post.(*)  

Buat Kesan Positif

Helmi Alhadar 
Dosen Komunikasi UMMU

GMT (Gerhana Matahari Total) adalah suatu peristiwa langka. GMT menjadi sorotan dunia, karena tidak terjadi di Negara lain. Malut menjadi daerah yang beruntung, karena GMT paling lama terlihat.
Nah, Ternate merupakan salah satu kota yang mendapat kesempatan bagus dalam momen GMT. Sekarang GMT sudah  banyak terekspos di media secara luas, baik media sosial maupun media massa cetak. Itu menjadi efektif, orang akan tahu Ternate. Kesiapan pemerintah dan masyarakat sangatlah adalah hal paling utama. Semua orang sudah mengetahui semuanya, olehnya itu mereka mengunjungi kota kita yang kecil ini.
Untuk menjawab semua ini, pemerintah dan masyarakat harus sepenuhnya melakukan pembuktian, bahwa stigma yang selama ini di konsumsi melalui media sosial atau media massa cetak tidak selamanya seperti itu. Orang yang datang di daerah ini, pasti akan berpikir hanya melalui pengetahuan mereka lewat media. Kalau masyarakat kita tipekalnya keras, maka orang akan berhenti. Nah, jika ini tidak disiapkan dengan baik, maka orang akan tahu memang benar tipekalnya masyarakat kita seperti itu.
Olehnya itu, untuk menjawabnya harus mempersiapkan diri bahwa orang akan datang dan pulang dengan membawa kesan yang baik. Pemerintah dan masyarakat mau tidak membuat kesan positif kepada wisatawan asing. GMT adalah momen yang tepat untuk menimbulkan persepsi positif orang luar.
Masyarakat Maluku Utara yang selama ini dikenal sebagai orang yang keras, ini adalah momen tepat untuk membuktian, bahwa kita tidak seperti. Menciptakan hal baru yang tidak seperti dianggap selama ini, adalah menjadi hal penting. sehingga orang luar menarik anggapannya bahwa masyarakat Malut ternyata memiliki karakter luar biasa.
Media massa juga harus ikut berperan membentuk realitas baru, agar menjadi kesan positif untuk orang luar, teruma dalam momen GMT.
Selama ini, yang dikonsumsi masyarakat luas hanyalah sebuah teori komunikasi yang disebut teori rekayasa. Maaf saja, memang itulah realitanya, stigma yang melekat di masyarakat luas hanya sebuah rekayasa media.(*)

Laut Harus Bersih
 Abdul Kader Bubu
Dosen Hukum Unkhair
 Untuk Menyambut Gerhana Matahari Total (GMT), saya melihat Pemerintah Kota Ternate belum punya persiapan sama sekali. Bagaimana tidak, contohnya kondisi laut, para wisatawan yang datang di Maluku Utara ini, bukan hanya sekedar menyaksikan GMT,  namun mereka juga akan menyaksikan kondisi laut yang berada di Maluku Utara. Bagaimana kita mau tunjukan kondisi laut yang indah kepada mereka, sedangkan di pesisir pantai dan di tengah laut masih dijumpai sampah yang berhamburan. Dengan waktu yang begitu singkat yang tinggal dihitung ini, pemerintah belum mampu mengelola atau mencegah hal itu, seperti ditiap kali mati (barangka) yang sementara ini dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat itu, belum ada hal pencegahan atau mensosialisasikan kepada masyarakat. Saya juga menyarankan kepada Pemerintah Kota untuk mencegah agar sampah itu tidak mengarah ke laut lewat barangka. perlu ditutupi dengan jaring, agar sampah yang keluar lewat barangka itu tidak sampai ke laut. Kami dari Komunitas Peduli Laut sendiri sudah menyarankan kepada Pemkot, namun hingga saat ini belum direalisasikan. Masih banyak kondisi laut yang berhamburan dengan sampah. Ini moment penting yang memerlukan kecerdasan Pemerintah Kota untuk memberikan kesan yang terbaik buat para wisatawan.
Selain itu, kami juga menyarankan kepada Pemkot agar jadikan pengalaman Sail Morotai sebagai pelajaran yang lebih serius. Sebab moment Sail Morotai kemarin, harga barang dan hotel naik dua kali lipat dari harga sebelumnya. Ketika pasca Sail Morotai, masyarakat lokal yang jadi sasaran, dan juga menderita. Sebab harga barang yang ditetapkan pada Sail Morotai itu tidak berubah hingga pasac Sail Morotai. Akhirnya kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka selalu terbatas, karena harga barang terlampau naik dua kali lipat. Untuk menyambut GMT ini, saya rasa biaya hotel dan barang tidak bisa dinaiki hingga dua kali lipat dari harga sebelumnya, nantinya membawa kesan yang kurang bagus bagi para wisatawan, dan juga berimbas pada masyarakat lokal nantinya setelah GMT. Yang perlu kita fokuskan sekarang adalah, bagaimana membawa kesan bagi turis itu sendiri, dengan kondisi alam yang berada di Kota Ternate ini, seperti kondisi laut dan tempat wisata, bagaimana kita perkenalkan kepada mereka tentang kondisi alam seperti laut dan tempat wisata, agar menjadi kesan berharga bagi mereka, dan ketika pasca GMT ini, mereka masih mau datang ke Kota Ternate lagi. Jika kita menaikan harga barang dan juga biaya hotel di Kota Ternate, saya rasa ini kali pertama dan terakhir para wisatawan akan berkunjung ke daerah kita. Sebab akan jadi perbincangan buruk di setiap kalangan, bahaw Pemkot memanfaatkan moment ini, untuk menaikkan harga barang dua kali lipat dari harga sebelumnya. Hal itu saya rasa kurang peting, yang terpenting bagi pemerintah sekarang ini adalah bagaimana mencegah kondisi laut yang berhamburan dengan sampah dan penataan pasar yang masih menjadi perbincangan di kalangan para publik. Pasalnya, menyambut GMT ini, pemerintah belum terlihat bergerak untuk mepersiapkan hal itu, banyak tempat wisata yang fasilitas pendukung seperti kamar mandi dan toilet yang sudah rusak belum diperbaiki, dan ada bahkan tidak memeliki hal itu, seperti di taman nukila, dua bulan air yang berda di kamar mandi dan toilet di kawasan itu macet total. Namun dibiarkan begitu saja, masyarakat lokal saja resah dan tidak nyaman, apalagi para wisatawan. Saya rasa persipaan pemrintah sejauh ini hanya sebatas perencanaan, tindakan di lapangan belum terlihat sama sekali. Dengan waktu yang cukup singkat seperti ini, sangat disayangkan jika para wisatwan ketika berkunjung dan pulang nanti membawa kesan buruk. Mari kita sama-sama bergerak, kami dari Komunitas Laut siap mendukung pemerintah Kota untuk membersihkan laut dan pantai yang berada di Kota Ternate ini.(*)

Masyarakat Malut Terbuka

Agus Salim Bujang
Akademisi UMMU

Masyarakat ini tidak tahu kalau Malut menjadi pusat perhatian wisatawan asing untuk menikmati fenomena alam. Karena tidak ada sosialisasi dari Pemerintah Kota (Pemkot).
Jadi kalau ditanya kesiapan masyarakat Ternate, saya pikir harus dilihat dulu seberapa jauh sosialisasi dan persiapan Pemkot. Jadi kalau masyarakat siap maka siapnya itu seperti apa. Tapi kalau masyarakat saja tidak tahu maka apa mau siap bagaimana.
Bagi saya, masyarakat malut itu sudah terbiasa dengan turis-turis asing. Pertanyaan sekarang adalah kepada Pemkot, bias tidak pemkot ataupun pemprov bisa menjamin keamanan dan kenyamanan tamu asing karena yang datang nanti itu banyak dari para ilmuwan luar negeri dibandingkan turis yang datang untuk hanya sekedar menikmati fenomena alam itu.
Masyarakat Malut ini adalah masyarakat yang terbuka, bukan masyarakat yang paranoid. Sudsah terbiasa dengan tamu asing. Dan sekalilagi yang jadi persoalan itu di pemerintah kalau pemerintah sudah tahu informasi ini lebih awal seharusnya dilakukan sosialisasi jauh hari sebelumnya bahwa kita akan kedatangan tamu asing dan dimana saja titik yang akan dikunjungi tamu asing dan itu harus disosialisasi ke masyarakat agar masyarakat juga tahu.
Soal harga bahan pokok itu, agar tidak terjadi permainan harga oleh pedagang yang coba memanfaatkan momentum GMT ini saya kira pemerintah harus melakukan kerjasama dengan mengedepankan langkah persuasive kepada masyarakat. Kalau masyarakat juga diminta untuk kerja sama maka untuk menciptakan kenyamanan bagi tamu wisatawan asing maka langkah persuasive harus dilakukan. Saya pikir masyarakat kita itu masyarakat yang mengerti bagaimana perlakukan tamu, dan masyarakat kita ini juga memiliki keramahan.
Jadi para pedagang-pedagang kecil itu kalau untuk menstabilkan harga bahan pokok maka dilakukan secara persuasive saja dan kalau dilakukan secara persuasive terlebih dulu maka saya pikir mereka bisa akan terima karena selain kita adalah karakter yang keras tapi kita juga memiliki keramahan dan kesopanan. (*)

Harus Diintervensi

 Idrus Assagaf 
Pj Wali Kota Ternate

Terkait dengan tarif hotel yang dinaikkan tentunya ini adalah konsekuensi dari sebuah pasar sehingga terjadi pelonjakan harga. tapi, pemerintah akan mengupayakan adanya pengendalian harga. Memang di satu sisi menguntungkan dari sisi Pendapatan Daerah (PAD), tetapi kita tidak menginginkan ada imeg yang kurang bagus terhadap tingkat kemahalan yang terjadi sehingga Ternate dianggap sebagai kota termahal. Sehingga kedepan wisatawan asing tidak mau lagi berkunjung. Sehingga kita akan memberikan surat edaran ke semua hotel. Kita masih mengedepankan PHRI. PHRI saat ini belum melaporkan bahwa mereka kewalahan untuk melarang penaikan tarif hotel. Kita akan menyurat. Namun, jika tarif hotelnya mahal di luar batas, maka akan dibicarakan dalam Forum Group Discussion (FGD) untuk bagaimana menekan harga. Kita butuh pengertian dari masing-masing pemilik hotel. Sampai pada tingkat intervensi perlu dikaji kembali, apa kita punya kewenangan untuk mengintervensi pasar.
Sementara dilihat dari harga barang yang nanti dijual kepada turis, jika harganya mahal dan berada di luar batas, maka pemerintah akan menggunakan cara apapun untuk mengintervensi hal ini. Karena kita semua mengetahui kalau orang berdagang kan di satu sisi pasti ada untungnya. Tetapi yang wajar-wajar sajalah. Kalau sebotol aqua saja yang harganya Rp 3000 dinaikkan jadi Rp 20.000, itu akan diintervensi. Tentunya diintervensi secara baik-baik. Intervensi tidak harus ekstrim, tetapi paling tidak diimbau untuk tidak terjadi hal seperti ini.
Sedangkan tempat pariwisata yang belum diurus secara baik dan terdapat kotoran, ini tentunya menjadi penting juga. Namun, saat ini kita sedang fokus pada sinergitas kegiatan atau eventnya. Saya kira untuk langkah-langkah seperti pembersihan pantai dan toilet di tempat umum, kami akan all out semua SKPD sesuai dengan tugas pokok. Jadi nanti ada pariwisata dan kebersihan, tata kota, taman dan sebagainya, serta daerah-daerah tertentu yang menjadi sasaran dari para turis itu akan diantisipasi.
Mengenai anggaran Rp 50 Juta yang diplotkan seperti diberitakan, Ini keliru tentunya. Karena ada anggaran lain untuk kegiatan yang tersebar di beberapa item kegiatan.  Oleh karena itu kita lakukan upaya untuk melakukan pergeseran anggaran untuk memasukan itu dalam satu RK, Supaya berjalan terarah. Sampai hari ini kita belum ada dana untuk kegiatan TSE. Sementara dari Provinsi akan mensubsidi dana Rp 100 juta untuk langkah awal demi mengurus sekretariat panitia TSE 2016. Satu hal yang ingin saya sampaikan bahwa Pemerintah Kota bukan tidak siap dalam TSE. Tetapi secara konseptual kita sudah siap satu bulan lalu sebelum pilkada. Tim kecil kita sudah menyusun dan sudah dibentuk panitianya. Langkah terakhir kita kemarin mensinergikan dengan kegiatan dari kementerian. Langkah awal kita sinergikan dengan provinsi dan kemudian kita sinergikan dengan kementerian. Karena ini event nasional. Dan ini sudah direspon oleh Pemerintah Pusat dengan beberapa hari lalu mendatangkan 3 stafnya untuk melakukan rapat dengan kita untuk ‘menyikronkan’ kegiatan-kegiatan yang ada. Mereka tertarik dengan konsep yang kita desain. Dan mereka mendukung. Dukungan mereka berikan bukan berupa uang. Tetapi berupa dukungan menyiapkan Event Organizer (EO), barang berupa umbul-umbul dan promosi berupa iklan di TV.  Untuk itu suka atau tidak suka APBD harus menopang kegiatan ini.
Tentunya Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi 9 Maret pukul 10.00 WIT nanti dikemas sedemikian baik dalam kegiatan Ternate Solar Eclipse (TSE) 2016 dengan dukungan dari Kementerian Pariwisata melalui Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara. Tujuan utama dari TSE 2016 pertama adalah memanfaatkan daya tarik peristiwa GMT 2016 sebagai ajang promosi wisata khususnya wisatawan asing dari berbagai manca Negara. Kedua, memanfaatkan daya tarik publik dan kedatangan wisatawan sebagai peluang bisnis UKM dan industri kreatif pariwisata bagi peningkatan pendapatan daerah, masyarakat dan pelaku ekonomi di Kota Ternate. Ketiga, meningkatkan pemahaman umat beragama (Islam) untuk memaknai gerhana matahari total sebagai kejadian luar biasa atas alam semesta ciptaan Allah SWT.
Pola pendekatan dan sasaran penyelenggaraan TSE 2016 dilakukan dengan 4 pendekatan yaitu pendekatan cultural, pendekatan ekonomi, pendekatan promowisata, dan pendekatan religius.
Sementara pengunjung TSE 2016 terdiri dari 4 kategori kelompok peneliti, wisatwan, jurnalis dan personality. Dari data yang terkonfirmasi untuk kelompok wisatawan mancanegara sementara berjumlah 1.157 wisatawan dan ada kecenderungan bertambah hingga kurang 2.000 wisatawan mancanegara maupun nusantara. Sedangkan untuk kelompok peneliti jurnalis dan personal masih menunggu registrasi kedatangan. Sementara yang sudah terkonfrimasi adalah 128 wisatawan berasal dari Amerika Serikat. 180 orang berasal dari Inggris. 200 berasal dari Australia. 248 berasal dari Italia, Prancis, Spanyol, Belanda, dan Jerman. 123 orang dari Jepang. 118 orang dari  Malaysia Hongkong. 30 dari Austria. 30 orang dari Slovenia. 30 dari kerajaan Thailand. 50 orang Indonesia. Dan 20 dari Ikatan Dokter Indonesia.
Sarana dan fasilitas pendukung bagi visitor dalam TSE 2016 adalah hotel atau penginapan dengan kapasitas 1.500 kamar yang tersebar ði 98 hotel. Dengan kapasitas terbatas maka homestay menjadi salah satu alternative yang sementara terdaftar ada 50 kamar dan akan dijajaki kerja sama dengan PT Pelni untuk menyediakan kapal sebagai hotel terapung. Fasilitas lainnya adalah restoran, café, dengan variatif menu internasional, nasional, dan local. Dalam hal ini setiap fasilitas tersebut di atas diwajibkan untuk memasang standing banner TSE 2016, menyiapkan informasi wisata kota Ternate, menggunakan pakaian adat Ternate bagi reception dan pelayan hotel dan lain-lain yang bernuansa cultural.
Sementara lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pengamatan GMT tidak terkonsentrasi pada satu titik tetapi tersebar di beberapa titik yang representative dan disesuaikan dengan minat dari pengunjung. Titik pantauan  ada di mesjid almunawwar, belakang jatiland mal, Air Guraka Beach dekat hypermart, dodoku Ali, keraton Sultan Ternate, jembatan residen, pantai falajawa,swering, Jalan baru Kota Baru, Toboko, dan Mangga Dua, Rumah Dinas Walikota serta Benteng Kalamata.(*)

GMT Momen Ilmiah

 Ishak Naser
Wakil Ketua DPRD Malut

Wakil Ketua DPRD Malut, Ishak Naser berpendap pada konteks penganggaran GMT. Ia menganggap kesiapan Pemprov dan kabupaten/kota sudah mantap. Berikut kutipan komentarnya. “Prinsipnya, ada upaya antisipasi atau tidak. Apa antisipasinya. Itu masalah teknis dan DPRD tidak boleh masuk ke wilayah itu. Kalau dilihat dari persiapan, setahu saya sudah ada persiapan. Bagaimana bentuk persiapan. Tentu ini tidak perlu dilaporkan ke DPRD. Jadi hal-hal yang tidak dilaporkan ke DPRD itu artinnya DPRD tidak tidak perlu masuk ke wilayah Pemprov. Terkecuali ada masalah. Misalnya, sudah ada alokasi anggarannya kemudian itu tidak dilaksanakan. Ini baru namanya masalah. Atau masalah itu melibatkan DPRD manakala ada keluhan DPRD tidak menyetujui penyediaan anggarannya. APBD kita siapkan untuk antisipasi gerhana matahari. Lagipula anggarannya sudah ada. Dengan adanya anggaran tersebut sudah ada persiapan. Sejauh ini, kita belum ada laporan mengenai kekurangan anggaran yang sudah disetujui.
Kunjungan turis nanti bukan hanya unsech gerhana mataharinya. Gerhana matahari bukan hanya melibatkan Dinas Pariwisata saja. Namun, ada beberapa kegiatan yang tersebar di instansi lainnya. Ada tamu-tamu khusus dan tentunya dijamu khusus oleh Gubernur. Intinya Gerhana Matahari ini di samping kegiatan wisata, juga kegiatan ilmiah. Karena momen ini langkah dan jarang terjadi sehingga orang berkeinginan untuk datang. Ini tentunya bisa dimanfaatkan oleh industry pariwisata yang ada di Maluku Utara. Gerhana Matahari juga merupakan hal yang harus dipelajari karena ada aspek ilmiahnya. Sehingga lembaga penelitian di bidang astronomi juga bisa mempelajari GMT ini.
Sejauh ini sudah ditetapkan titik pemantauan di beberapa tempat. Dan ini bukan hanya dari Pemerintah Provinsi, tetapi juga ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten dan kota. Soal dukungan dana saya kira relatif, Meskipun ada yang belum disediakan. Kalau lebih jangan dipakai sampai habis, namun dipakai sesuai kebutuhan. Kalau ternyata tersedia tidak sesuai kebutuhan kan tinggal diminta. Dan itu betul-betul kebutuhan real jangan dikarang-karang. Untuk besaran pasti anggarannya, saya tidak bisa menggeneralisir. Kalau memang unsech di Dinas Pariwisata Provinsi itu ada. Namun, ada juga anggaran untuk kabupaten kota. Sehingga saya bilang ini mau diarahkan kemana. Pastinya juga kan, ada lembaga-lembaga penelitian yang mau datang dan baru dikonfrimasi pada tahun ini. Dimana anggarannya sudah terlanjur diketok. Permintaan anggarannya baru masuk sekarang. Mau diselidiki dari aspek ini, ternyata spotnya belum dibenahi. Ini kebutuhan-kebutuhan secara insidentil yang muncul. Ini juga harus diantisipasi karena ini kebutuhan. Jadi, anggarannya sangat tergantung dari situasi.  Sehingga tidak bisa dibilang anggarannya cukup atau kurang. Karena banyak hal-hal yang tidak terduga. Tentunya momen ini sangat langkah dan tidak terjadi setiap tahun namun puluhan tahun”.(*)
Bukan Soal Tingkatkat PAD

Zainal Hi Hasan
Anggota Dekot Ternate

Persiapan Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate dalam menyambut Gerhana Matahari  Total (GMT), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) harus berperan aktif dan bekerjasama dengan Disbudpar Malut. Disbudpar harus kreatif dan intens melakukan evaluasi menyangkut kesiapan. Terkait dengan ketersediaan kamar hotel dan penginapan beserta tarif, juga harus dibicarakan dengan stakeholder terkait. Takutnya, wisatawan yang membludak juga akan terbengkalai lantaran tidak terakomodir. Mereka mau tinggal dimana, jadi selain teknis, kesiapan penyambutan dan kenyamanan juga penting.
Dari sisi pengusaha hotel, penetapan tarif harus rasional dan tidak sepihak. Ini juga butuh peran Pemkot bersama dengan stakeholder terkait supaya bisa dibahasi dela dari tarif yang seharusnya. Meski momentum ini adalah rejeki bagi pigak hotel manapun penginapan ,namun penetapan tarif harus disesuaiakan dan dibicarakan dengan Pemkot. Pemkot juga harus berani mengambil kebijakan. Kalaupun ada yang sudah menetapkan tarif yang dianggap tidak rasional, maka harus ditegur, sekalipun ini menyangkut dengan peningkatan PAD, sehingga dari sisi tariff juga teratur dan logis.
Disamping itu, penetapan hot spot juga penting untuk menarik perhatian wisatawan yang bisa membawa rasa ketidakpuasan tersendiri bagi para turis untuk berkunjung ke Ternate. Ini juga harus dievaluasi pihak Pemkot, sudah sejauh mana kesiapan lokasi-lokasi wisata belum tersentuh sarana dan prasarana yang memadai dan pembenahan. Ini juga penting, sdeperti misalnya poanbtai Tobololoi, dana Tolire dan lain-lain, bila perlu harus ada peninjaun khusus sehingga bisa dilihat langsung kekurangan yang ada.(*)   

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Sosial Media

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Instagram

Popular Post

Powered by Blogger.

Total Pageviews

Sri Sultan Hamengkubuwana IX

Baden Powell

Translate

Waktu Indonesia Timur

- Copyright © My Portal -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -